Jakarta - WeChat mulai mencuri perhatian pengguna di tengah persaingan ketat pasar instant messaging lintas platform. Namun jika harus berbayar, apakah penggunanya akan tetap setia atau malah berpaling ke WhatsApp, Line, KakaoTalk, dan sejenisnya?
Sejak diluncurkan dua tahun yang lalu oleh Tencent, perusahaan asal China, pengguna WeChat telah menembus 300 juta secara global, termasuk di Indonesia.
Namun keberhasilan WeChat menembus pasar global ternyata diiringi kabar kurang sedap di negara asalnya. Di China, layanan ini diwacanakan tak lagi gratis. Sontak saja wacana ini membuat para penggunanya berang.
Dalam survei yang detikINET kutip dari ZDnet, Minggu (7/4/2013), sebanyak 90% pelanggan di China yang disurvei menentang keras rencana ini dan mengancam akan berhenti berlangganan jika kebijakan itu jadi diterapkan.
Bagi penggunanya, jika WeChat jadi berbayar, itu artinya mereka harus membayar dua kali. Pasalnya, paket data ke operator sudah dibayar ketika berlangganan. Apalagi aplikasi sejenis di China masih ada yang menawarkan gratis, seperti Weibo dan Mi Chat.
Rencana ini terus mendapatkan penolakan sejak Menteri Industri dan Teknologi Informasi China, Miao Wei, menyatakan tengah mengkaji agar pengguna membayar untuk aplikasi WeChat dan telah meminta operator setempat menyiapkan model bisnis yang ideal.
Namun, pemerintah China juga mewanti-wanti pengguna tidak dibebani oleh bayaran yang tinggi. Regulator tetap meminta mekanisme persaingan sehat tetap diperhatikan. Tiga operator lokal seperti China Mobile, China Unicom, dan China Telecom, juga tidak diizinkan melakukan penetapan tarif bersama yang menjurus kartel bagi aplikasi tersebut.
Sebagian kalangan menilai, permintaan untuk adanya bagian bagi operator dari WeChat karena adanya konsumsi bandwidth yang tinggi kala aplikasi itu digunakan. Pihak Tencent sendiri mengaku siap berkolaborasi dengan operator, tetapi tidak terlalu menyukai jika yang digunakan pola berbagi keuntungan ala bisnis telekomunikasi.
China Unicom sendiri telah mengirimkan sinyal akan berbayarnya aplikasi WeChat di masa depan. Konsep saling menguntungkan tetap menjadi pegangan saat berbisnis dengan pemain Over-the-Top (OTT) seperti WeChat.
Meski demikian, juru bicara WeChat coba menenangkan gejolak ini dengan merilis pernyataan yang menjamin pelanggan tak akan dikenakan biaya dalam menggunakan aplikasinya. Jika merujuk pada hal ini berarti Tencent akan bernegosiasi dengan operator dalam masalah fee.
Tencent yang juga melebarkan sayap bisnisnya di Indonesia telah menggandeng MNC Group mendirikan perusahaan patungan PT MNC Tencent. Kolaborasi dua perusahaan ini membidik 70% pengguna internet di Indonesia menggunakan WeChat.
Namun dengan wacana WeChat menjadi aplikasi berbayar, apakah dampaknya juga akan kena di Indonesia? Kita lihat saja.
( rou / rou )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!