Jakarta - PT Pertamina (Persero) berencana menaikan harga gas elpiji 12 Kg dari Rp 70.200 per tabung menjadi Rp 95.600 per tabung. Para pengusaha restoran dan kafe menolak, namun jika terpaksa akan menyesuaikan rencana tersebut dengan menaikan harga makanan dan minuman hingga 5%.
"Kami tidak setuju kalau harga gas elpiji 12 Kg dinaikkan, karena akan sangat membebani pengusaa kafe dan restoran," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Eddy Sutanto ketika dihubungi detikFinance, Minggu (24/2/2013).
Dikatakan Eddy, jika rencana kenaikan tersebut diberlakukan maka bisa dipastikan pengusaha kafe dan restoran akan langsung menaikan harga produknya minimal 3%-5%.
"Tapi kalau tetap dinaikkan, maka kami tentunya akan menaikan juga harga produk makanan dan minuman kafe dan restoran minimal 3%-5%," ucap Eddy.
Eddy menuturkan hampir sebagian besar pengusaa kafe dan restoran berskala menengah kecil menggunakan elpiji 12 Kg. Berbeda dengan restoran skala besar yang sudah menggunakan elpiji 50 Kg.
"Usaha-usaha kafe dan restoran menengah kecil atau UKM pasti menggunakan elpiji 12 Kg, tidak mungkin kalau mereka pakai gas elpiji 3 Kg kecuali usaha mereka sekelas jualan gorengan dipinggir jalan," ujarnya.
Eddy menanggapi soal alasan PT Pertamina menaikan harga elpiji 12 Kg. Selama ini elpiji 12 Kg masih disubsidi, sementara yang menikmati kalangan mampu dan kaya.
"Ya kalau alasan itu, harus diperjelas dulu dasar siapa yang disebut mampu dan kaya dan miskin, kalau jelas, baru digolongkan mana yang boleh pakai elpiji 12 Kg mana yang tidak, mana UKM-UKM atau kafe dan restoran yang boleh pakai elpiji subsidi mana yang tidak," katanya.
Seperti diketahui, PT Pertamina (Persero) berharap pemerintah segera memberi izin menaikan harga elpiji tabung 12 kg Rp 25.400 per tabung. Pertamina mengaku sudah merugi Rp 16 triliun selama 4 tahun karena harga elpiji 12 kg tidak naik. Jika tahun ini harga elpiji 12 kg tidak naik juga, maka Pertamina memperkirakan akan kembali merugi Rp 5 triliun di 2013.
(rrd/hen)